Kamis, 25 Juli 2013

cerita renungan antara semut dan lalat

Foto: Beberapa ekor lalat nampak terbang
berpesta di atas sebuah tong sampah di
depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak
pemilik rumah keluar dan tidak menutup
kembali pintu rumah. Kemudian nampak
seekor lalat bergegas terbang memasuki
rumah itu. Si lalat langsung menuju
sebuah meja makan yang penuh dengan
makanan lezat.
“Saya bosan dengan sampah-sampah itu,
ini saatnya menikmati makanan segar,”
katanya. Setelah kenyang, si lalat
bergegas ingin keluar dan terbang menuju
pintu saat dia masuk, namun ternyata
pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat
hinggap sesaat di kaca pintu memandangi
kawan-kawannya yang melambai-
lambaikan tangannya seolah meminta
agar dia bergabung kembali dengan
mereka.
Si lalat pun terbang di sekitar kaca,
sesekali melompat dan menerjang kaca
itu, dengan tak kenal menyerah si lalat
mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu
merayap mengelilingi kaca dari atas ke
bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik,
demikian terus dan terus berulang-ulang.
Hari makin petang, si lalat itu nampak
kelelahan dan kelaparan. Esok paginya,
nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di
lantai.
Tak jauh dari tempat itu, nampak
serombongan semut merah berjalan
beriringan keluar dari sarangnya untuk
mencari makan. Dan ketika menjumpai
lalat yang tak berdaya itu, serentak
mereka mengerumuni dan beramai-ramai
menggigit tubuh lalat itu hingga mati.
Kawanan semut itu pun beramai-ramai
mengangkut bangkai lalat yang malang itu
menuju sarang mereka.
Dalam perjalanan, seekor semut kecil
bertanya kepada rekannya yang lebih tua,
“Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa
dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada
saja lalat yang mati sia-sia seperti ini.
Sebenarnya mereka ini telah berusaha,
dia sungguh-sungguh telah berjuang keras
berusaha keluar dari pintu kaca itu.
Namun ketika tak juga menemukan jalan
keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga
akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu
makan malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-
manggut, namun masih penasaran dan
bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti,
bukannya lalat itu sudah berusaha keras?
Kenapa tidak berhasil?”
Masih sambil berjalan dan memanggul
bangkai lalat, semut tua itu menjawab,
“Lalat itu adalah seorang yang tak kenal
menyerah dan telah mencoba berulang
kali, hanya saja dia melakukannya dengan
cara-cara yang sama.” Semut tua itu
memerintahkan rekan-rekannya berhenti
sejenak seraya melanjutkan perkataannya,
namun kali ini dengan mimik dan nada
lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu
melakukan sesuatu dengan cara yang
sama tapi mengharapkan hasil yang
berbeda, maka nasib kamu akan seperti
lalat ini.”



Para pemenang tidak melakukan
hal-hal yang berbeda, mereka
hanya melakukannya dengan
cara yang berbeda. 
Beberapa ekor lalat nampak terbang
berpesta di atas sebuah tong sampah di
depan sebuah rumah. Suatu ketika, anak
pemilik rumah keluar dan tidak menutup
kembali pintu rumah. Kemudian nampak
seekor lalat bergegas terbang memasuki
rumah itu. Si lalat langsung menuju
sebuah meja makan yang penuh dengan
makanan lezat.
“Saya bosan dengan sampah-sampah itu,
ini saatnya menikmati makanan segar,”
katanya. Setelah kenyang, si lalat
bergegas ingin keluar dan terbang menuju
pintu saat dia masuk, namun ternyata
pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat
hinggap sesaat di kaca pintu memandangi
kawan-kawannya yang melambai-
lambaikan tangannya seolah meminta
agar dia bergabung kembali dengan
mereka.
Si lalat pun terbang di sekitar kaca,
sesekali melompat dan menerjang kaca
itu, dengan tak kenal menyerah si lalat
mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu
merayap mengelilingi kaca dari atas ke
bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik,
demikian terus dan terus berulang-ulang.
Hari makin petang, si lalat itu nampak
kelelahan dan kelaparan. Esok paginya,
nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di
lantai.
Tak jauh dari tempat itu, nampak
serombongan semut merah berjalan
beriringan keluar dari sarangnya untuk
mencari makan. Dan ketika menjumpai
lalat yang tak berdaya itu, serentak
mereka mengerumuni dan beramai-ramai
menggigit tubuh lalat itu hingga mati.
Kawanan semut itu pun beramai-ramai
mengangkut bangkai lalat yang malang itu
menuju sarang mereka.
Dalam perjalanan, seekor semut kecil
bertanya kepada rekannya yang lebih tua,
“Ada apa dengan lalat ini, Pak? Mengapa
dia sekarat?” “Oh.., itu sering terjadi, ada
saja lalat yang mati sia-sia seperti ini.
Sebenarnya mereka ini telah berusaha,
dia sungguh-sungguh telah berjuang keras
berusaha keluar dari pintu kaca itu.
Namun ketika tak juga menemukan jalan
keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga
akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu
makan malam kita.”
Semut kecil itu nampak manggut-
manggut, namun masih penasaran dan
bertanya lagi, “Aku masih tidak mengerti,
bukannya lalat itu sudah berusaha keras?
Kenapa tidak berhasil?”
Masih sambil berjalan dan memanggul
bangkai lalat, semut tua itu menjawab,
“Lalat itu adalah seorang yang tak kenal
menyerah dan telah mencoba berulang
kali, hanya saja dia melakukannya dengan
cara-cara yang sama.” Semut tua itu
memerintahkan rekan-rekannya berhenti
sejenak seraya melanjutkan perkataannya,
namun kali ini dengan mimik dan nada
lebih serius, “Ingat anak muda, jika kamu
melakukan sesuatu dengan cara yang
sama tapi mengharapkan hasil yang
berbeda, maka nasib kamu akan seperti
lalat ini.”



Para pemenang tidak melakukan
hal-hal yang berbeda, mereka
hanya melakukannya dengan
cara yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate